Kamis, 22 Desember 2011

Ciuman Dosa dan Berpahala


Makin banyak saja hasil penelitian perilaku berbasis pada ilmu multidisiplin menjelaskan fenomana yang unik. Salah satunya adalah masalah ciuman. Namun sebagaimana sifat dan karakter ilmuwan barat yang sok “Netral Moral”, maka mereka tidak pernah menjadikan disiplin agama sebagai bagian penting dari sudut pandang.
Mereka secara tidak sadar…atau bahkan sadar menyebarkan kerusakan berdasar dalih ilmu pengetahuan, yang objektif dan ilmiah. Jelas mereka adalah penghamba saintism, yang menjadikan ilmu sebagai pedoman hidup bahkan alat untuk menentukan benar salah.
Coba perhatikan: Artikel di bawah yang menunjukkan adanya saran bahwa ciuman adalah bagaian terpenting dari pesta valentine. Padahal Valentine adalah kegiatan haram..terutama bagai ummat Islam, dan tentu saja budaya asing bagai budaya kita.
Kompas menulis: Di hari valentine ini, sebuah diskusi panel digelar para ilmuwan. Cukup menarik masalah yang dibicarakan, tak jauh dari persoalan kasih sayang, yakni misteri saat hati terpaut dan bibir tertanam di bibir (ciuman).
Kata para ahli itu, aksi ciuman akan diikuti dengan pelepasan zat-zat kimia yang bisa meredam hormon stres. “Senyawa kimia di ludah bisa jadi merupakan jalan untuk menilai pasangan,” kata Wendy Hill, profesor ahli Neuroscience dari Lafayette College saat acara bertajuk American Association for the Advancement of Science berlangsung.
Dalam sebuah eksperimen, Hill menjelaskan, para pasangan heteroseksual yang adalah siswa college itu mengalami perubahan kadar senyawa kimia oksitosin dan kortisolnya saat mereka melakukan adegan ciuman selama 15 menit sambil mendengarkan musik.
Oksitosin, dikatakan Hill, mempengaruhi keeratan hubungan pasangan, sementara kortisol terkait dengan stres. Senyawa kimia dalam darah dan kelenjar ludah diteliti lalu diperbandingkan saat sebelum dan sesudah ciuman berlangsung.
Baik pria maupun wanita mengalami penurunan kadar kortisol setelah ciuman, menandakan kadar stres juga menurun.
Bagi pria, saat ciuman, menaiknya level oksitosin menandai ketertarikan yang kuat atas pasangannya, sementara pada wanita oksitosinnya justru menurun. “Tentu ini mengejutkan,” ujar Hill.
Dalam sebuah uji coba kelompok yang menelaah efek berpegangan tangan, perubahan kimiawi juga terjadi dalam aksi ini, tetapi tak banyak yang bisa diungkapkan atau hasilnya tak jauh beda. Eksperimen ini, kata Hill, dilakukan di pusat kesehatan siswa di college tersebut. Dia berencana akan mengulanginya dengan rancangan “dalam suasana yang lebih romantis.”
Bersama dengan Helen Fisher dari Rutgers University dan Donald Lateiner dari Ohio University, Hill bicara di sesi berjudul “The Science of Kissing.”
Fisher sendiri mencatat, lebih dari 90 persen masyarakat dunia melakukan ciuman. Tindakan ini diyakininya memiliki tiga komponen antara lain dorongan seks, cinta romantis, dan keterikatan dengan seseorang.
Dorongan seks mendorong seseorang untuk menilai dan menentukan pasangan masing-masing, sementara cinta romantik menyebabkan mereka memfokuskan diri pada seorang individu; dan keterikatan pada seseorang, katanya, membuat seseorang membiarkan pribadi ini dalam jangka waktu lama membesarkan anak bersama-sama.
Pria, katanya, cenderung berpikir bahwa ciuman merupakan awal nge-seks atau kopulasi. Dia tegaskan, pria cenderung lebih suka sembarang cium. Meski begitu, senyawa kimia testosteron pria dapat segera bercampur di ludah wanita. Testosteron meningkatkan dorongan seksual bagi pria dan wanita.
“Saat Anda mencium, bagian tertentu di otak aktif,” tambahnya. Cinta romantik dapat berlangsung lama, “Jika Anda mencium orang yang tepat.”
Lateiner, sarjana ilmu klasik, mengobservasi bahwa ciuman kadang muncul dalam seni Yunani dan Romawi, meski secara luas dilakukan di samping kegiatan mencium kulit seseorang. Karena itu, berpotensi berbahaya bagi kehidupan seseorang kalau ciuman itu dilakukan pada orang yang salah dan saat yang kurang tepat.
Secara umum, ilmu pengetahuan tentang mencium-philematology-masih terus dijalankan. Demikian simpul Hill.
Sudah seyogyanya, sebagai orang muslim tidak perlu punya niat untuk bervalentine ria, sebab punya niat saja jelas keliru, apalagi melakukannya. Ciuman adalah aktivitas yang ada hukum syari’ahnya. Ia menjadi berpahala ketika dilakukan pada orang yang halal diciumnya (pasangan yang telah terikat pernikahan) dan bisa menjadi haram kalau hanya semata untuk sang pacar.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More